Rahim Pengganti

Bab 25 "Panik"



Bab 25 "Panik"

0Bab 25     
0

Panik     

Wanita itu mendudukan dirinya di sofa ruang tamu, menatap ponselnya yang sejak kemarin tidak ada notifikasi dari sang suami.     

"Kamu harusnya tahu diri Ca. Istri kedua akan kalah dengan istri pertama. Apalagi mereka saling mencintai, sedangkan kalian hanya saling membutuhkan," gumam Carissa.     

***     

Suasan siang ini sangat terik, tapi tidak membatasi kedua orang yang sedang berjemur di sana. Siapa lagi kalau bukan Bian dan Della, keduanya menikmati waktu bersama. Bukan tanpa sebab Bian ada di tempat ini, pria itu rencana hanya ingin pergi menyelesaikan urusan sebelum akhirnya memperbaiki hubungan nya dengan Carissa namun, hal itu diurungkan ketika Della memaksa untuk ikut dan di sini lah mereka menghabiskan waktu bersama.     

Bian bingung dengan sikap istrinya itu, Della sangat jarang bahkan sering menolak jika Bian mengajaknya pergi. Tapi berbeda kali ini, Della sendirilah yang bersikeras mengajak Bian untuk berlibur bersama.     

"Bagus banget sih Mas, tempatnya. Kamu mau kan beliin aku?" tanya Della.     

Bian hanya mengangukkan kepalanya, saat ini pikiran pria itu hanya tertuju pada Carissa apa lagi sang Mama pasti sudah mengatakan bahwa dirinya tidak pergi seorang diri. Bian takut Carissa marah, entahlah saat ini Bian tidak ingin membuat istri kedua nya itu marah atau pun lainnya.     

Dirinya akan berusaha membuat, Carissa tidak tahu apa dan kemana dirinya pergi. Bukan karena Caca tidak berhak tahu, tapi karena Bian tidak ingin Caca jadi berpikiran yang tidak tidak terhadap hubungan mereka.     

"Mas!! Ih kamu mah. Mikirin apa sih. Aku kesel sama kamu Mas. Masa aku bicara gak kamu tanggepin sih," ucap Della kesal. Wanita itu segera beranjak dari tempatnya, Della benar benar malas dengan suaminya, sejak di tempat ini Della sering melihat Bian melamun. Entah apa yang sedang dipikirkan oleh suaminya itu, wanita itu segera pergi dari tempat tersebut meninggalkan Bian seorang diri.     

Della tidak peduli jika suaminya itu marah atau pun apa. Dirinya kesal Della tidak bisa diperlakukan seperti ini, diringa hanya ingin diperhatikan ya sikap manja Della ini yang membuat Bian tidak bisa melepaskan istrinya itu.     

***     

Masih di tempat tersebut, Bian mencoba menghubungi Caca. Pria itu sangat rindu dengan istrinya itu. Panggilan pertama tidak terhubung, hingga panggilan ke sepuluh tetap sama. Hal itu semakin membuat Bian kesal dan marah, pria itu tidak suka di acuhkan seperti saat ini.     

"Dia ke mana!!" bentaknya kesal.     

Di lain tempat, Carissa sedang tertidur di dalam kamarnya, perempuan itu sedang tidak enak badan itu lah membuat Carissa merebahkan dirinya. Sudah hampir dua Minggu dirinya bekerja sangat keras, karena banyaknya pekerjaan di kantor membuat waktu istirahat Carissa sedikit terganggu.     

Pukul 16.00 sore Caca terbangun dari tidurnya, yang begitu nyaman dan nyenyak. Carissa mencoba beranjak dari tidurnya melirik ke arah ponselnya yang menyala. Mata Carissa melotot tajam ketika melihat ada banyak panggilan dari Bian.     

"Astaga, ini banyak banget. Kenapa Mas Bian nelpon sebanyak ini. Apa dia sedang tidak baik baik saja," ujar Carissa.     

Wanita itu baru saja akan menelpon sang suami namun, di urungkan karena sebuah panggila dari Alam, teman masa kecilnya.     

"Hallo," sapa Carissa.     

"Hallo. Ca, gue ganggu waktu loe gak sih?" tanya Alan.     

"Kenapa?" tanyanya.     

"He he he, gak. Gue cuma mau bilang, kita gak bisa ketemu dulu ya Ca. Gue ada urusan bisnis, maklum loe tahu kan gue sibuk. Pengusaha muda," ucap Alan.     

Carissa hanya bisa mendengkur kesal, Alan memang selalu seperti itu. Pria itu hobby sekali pamer dengan dirinya. Meskipun seperti itu, Alan adalah pria yang begitu baik dan humoris.     

"Suka suka kamu aja deh Lan. Mau gimananya, aku mah ngikutin bos besar aja deh," balas Carissa.     

"Tapi masih boss suami loe Ca. Gue mah apa atuh," ucapnya lagi.     

Keduanya saling berbincang, tanpa tahu ada seseorang yang sudah kesal karena tidak mampu menelpon istrinya, terlihat jels dari raut wajah Bian saat ini sedang kesal menahan amarah yang rasanya ingin memuncak.     

"Terserah deh," jawab Caca singkat.     

"Ngambek Mulu. Ya udah deh, gue tutup jangan kangen ya Ca. Entar gue di gorok sama suami loe lagi," ucap Alan.     

Panggilan telpon tersebut terputus, saat Carissa akan beranjak ke toilet. Ponselnya kembali berdering, kali ini bukan Alan tapi nama Bian yang tertera di sana.     

"Hal ...,"     

"KAMU KE MANA AJA SIH HAH? AKU NELPON KAMU DARI TADI TAHU," bentak Bian dengan suara yang sangat besar. Carissa terdiam, suaminya itu tidak ada di sampingnya tapi getaran emosi yang ditunjukkan oleh Bian bisa terdengar sangat jelas oleh Caca.     

Pria itu mengomel tidak jelas, Bian marah karena Caca tidak menjawab telponnya sedangkan Caca hanya bisa diam wanita itu tidak tahu harus bersikap seperti apa. Menjawab pertanyaan yang dilontarkan sang suami juga percuma, saat ini Bian hanya mau menang sendiri.     

"Mas kepala aku masih pusing. Kamu kalau mau marah nanti aja ya, aku mau tidur lagi," ucap Caca. Lalu mematikan sambungan telpon tersebut, Bian yang m dengar istrinya sedang pusing segera berlari menuju kamar.     

Pria itu bergegas membereskan pakaiannya, pertanyaan yang dilontarkan oleh Della bahkan tidak dijawab oleh Bian. Hal itu semakin membuat Della kesal, wanita itu membiarkan sang suami untuk pergi tanpa bertanya atau menghalangi Bian lagi.     

***     

Dengan napas yang masih memburu, Bian segera menuju ke rumahnya. Pria itu tidak peduli dengan semua orang yang hampir di tabrak olehnya saat ini yang ada di dalam pikiran pria itu adalah kondisi sang istri.     

"Pak bisa cepat sedikit. Istri saya sedang sakit," ujar Bian kepada supir taksi itu. Supir tersebut hanya mengangukkan kepalanya, mencoba mengendarai mobil dengan kecepatan yang sesuai.     

Terlihat sangat jelas raut wajah Bian yang sangat tidak tenang, di dalam pikirn pria itu adalah bagaimana kondisi istrinya saat ini. Dua puluh menit, taksi tersebut sudah sampai di depan rumah Bian.     

Pria itu menyerahkan cukup banyak uang senilai seratus ribu, supir taksi itu ingin mengembalikan namun, Bian melarangnya. Pria itu segera meminta satpam rumahnya untuk mengambil barang yang dia bawa. Sedangkan Bian, segera masuk ke dalam rumah mencari keberadaan sang istri.     

"Caca di mana bi?" tanya Bian.     

Bi Sumi yang sedang membersihkan ruang keluarga kaget melihat Bian yang sudah ngos ngosan, dengan segera wanita itu menunjukkan di mana keberadaan majikan. Bian langsung berlari menuju ke dalam kamar.     

Brak     

Pintu kamar terbuka dengan sangat kuat, membuqt Carissa yang masih merebahkan dirinya di atas tempat tidir terbangun dan menoleh ke arah Bian. Pria itu segera melangkahkan kakinya, dan berjalan menuju Caca lalu memeluk istrinya itu dengan begitu erat.     

"Kamu gak kenapa kenapa kan? Jangan buat Mas, jadi panik Ca. Mas panik banget tahu gak," ujar Bian.     

"Aku baik baik aja Mas. Kamu kenapa bisa ada di sini?" tanya balik Carissa. Bukannya menjawab, Bian malahan semakin memeluk erat istrinya itu.     

###     

Bab kedua meluncur yaa. Bagaimana? Ayo dong ramaikan kolom reviewnya. Selamat membaca ya, dan terima kasih. Love you guys, sehat selalu buat kalian semuanya. Mucchh.     

Berteman sama aku di IG yok langsung cuss follow @ochagumay24 yaaa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.